Skripsi: penelitian tentang aktivitas belajar matematika siswa kelas X5 SMA Negeri 8 Makassar melalui pembelajaran denga menggunakan pendekatan problem posing
Bab 1-5 > Ok lengkap....
Bagi yang ingin pesan silahkan isi form pendaftaran/donasi.
Mutu pendidikan merupakan permasalahan yang sampai saat ini masih menjadi bahan kajian dan perhatian. Hal ini dapat kita lihat dari banyaknya penelitian yang dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran. Salah satu indikator yang paling menonjol dalam kajian mutu pendidikan adalah prestasi belajar. Hal ini dikarenakan masih banyak siswa yang menunjukkan prestasi belajar yang masih sangat rendah. Sehingga, pengkajian tentang prestasi belajar ini sangat marak dilakukan.
Salah satu hal yang mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah proses pembelajaran dalam kelas. Soedjadi (2000:44) mengemukakan bahwa bagaimanapun baik materi yang diterapkan tidak akan mungkin mencapai tujuan pendidikan sekiranya tidak melalui proses belajar mengajar yang cocok.
Proses pembelajaran dalam kelas yang masih sering didominasi oleh guru menyebabkan siswa cenderung bersifat lebih pasif. Mereka lebih banyak menunggu sajian guru daripada menemukan sendiri pengetahuan, keterampilan, atau sikap yang mereka butuhkan. Sehingga siswa menjadi cepat bosan dan malas mengikuti pelajaran. Keadaan yang demikian menyebabkan penguasaan siswa terhadap materi tidak tuntas, dengan demikian hasil belajarnya pun menjadi rendah. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab rendahnya prestasi belajar siswa.
Demikian juga yang terjadi pada siswa SMA Negeri 8 Makassar, khususnya pada Kelas X5. Berdasarkan hasil pengamatan, selain mempunyai hasil belajar matematika yang masih rendah, keaktifan belajar siswa masih kurang bahkan terkesan sangat kurang. Hal ini dapat dilihat dari nilai harian siswa yang masih di bawah rata-rata (6,5) . Ini berarti penguasaan mereka terhadap materi masih sangat kurang. Dalam kaitannya dengan hal ini Meir dalam Sumardi (1999:10) mengemukakan bahwa untuk dapat memahami suatu konsep atau teori dalam matematika bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Sehingga untuk mempelajari matematika dengan baik diperlukan aktivitas belajar yang baik.
Oleh karena itu, setiap kegiatan belajar yang berlangsung hendaknya melibatkan seluruh siswa, sehingga siswa tersebut dapat berpartisipasi aktif dalam materi yang sedang dibicarakan. Siswa akan berhasil dengan baik bila dalam pembelajaran berpartisipasi secara aktif.
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengaktifkan siswa adalah dengan mendorong siswa untuk lebih sering dalam mengemukakan pertanyaan. Hal ini tentu saja tidak mudah karena kadang-kadang guru menganggap siswa yang banyak bertanya itu merepotkan, padahal sikap kritis dan rasa ingin tahu siswa dapat menjadi motivator bagi mereka untuk dapat terus menambah pengetahuan. Namun guru menganggap siswa yang memiliki rasa ingin tahu yang besar ini sangat merepotkan karena mereka selalu mengajukan pertanyaan yang menyebabkan waktu untuk melakukan sesuatu atau melanjutkan pelajaran tersita, dan guru merasa takut tidak mampu menjawab pertanyaan siswa sehingga dapat menurunkan martabat guru tersebut. Arikunto (1990:81)
Akibatnya dalam mengikuti pembelajaran, anak enggan atau malas bertanya, meskipun belum mengerti materi yang diberikan. Rasa ingin tahu siswa semakin menurun dan berdampak rendahnya pada motivasi belajar.
Agar termotivasi untuk belajar mandiri dan sepanjang hayat, maka rasa ingin tahu siswa perlu dibangkitkan dan dikembangkan. Pendekatan problem posing dalam pembelajaran dapat melatih siswa untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau soal-soal yang berkaitan dengan materi yang dipelajari. Bahkan, akhir-akhir ini beberapa pakar pendidikan matematika menyarankan bahwa untuk meningkatkan mutu pembelajaran matematika, berikanlah penekanan pada pengembangan kemampuan siswa dalam membuat soal (Problem Posing). Soal tersebut dapat dibuat oleh guru atau siswa sendiri, kemudian soal tersebut diselesaian oleh siswa yang membuat soal tersebut atau siswa lain sehingga kegiatan siswa dalam belajar jauh lebih dominan daripada kegiatan guru dalam mengajar. Kondisi seperti ini akan menumbuhkembangkan aspek kemampuan dan aktivitas siswa seperti yang diharapkan.
Beberapa hasil penelitian telah menunjukkan manfaat dari pembelajaran dengan problem posing. Penelitian Silver dan Cai melibatkan 509 siswa, yang terdiri atas dua tingkatan siswa, yaitu siswa kelas 6 SD dan siswa kelas I SLTP. Hasil penelitian mereka adalah siswa yang dapat merumuskan soal matematis memiliki kemampuan pemecahan masalah yang lebih tinggi daripada siswa yang tidak dapat membuat soal. Penelitian lain dilakukan oleh Hasimoto, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pembelajaran dengan problem posing menimbulkan dampak positif terhadap kemampuan siswa dalam problem solving. Bahkan pembelajaran dengan problem posing juga menimbulkan sikap positif terhadap matematika.
Sutiarso (2000:629)
Begitu pula penelitian yang dilakukan oleh Marni yang merokemendasikan bahwa "Pendekatan problem posing pada pembelajaran matematika dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa Kelas I SLTP Negeri 3 Pangkajene". Hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya perolehan nilai rata-rata ulangan harian yaitu pada siklus I 6,25; Siklus II 7,34; dan Siklus III 7,58".(Marni;2003)
Berdasarkan beberapa hasil penelitian tersebut dapat diperoleh gambaran, bahwa poblem posing merupakan salah satu bentuk kegiatan dalam pembelajaran matematika yang dapat mengaktifkan siswa, mengembangkan kemampuan berpikir siswa dalam menyelesaikan masalah, dan menimbulkan sikap positif terhadap matematika.
Menurut Moses, ketika siswa diminta untuk menjawab pertanyaan atau soal yang diajukan oleh guru, akan ditemukan tingkat kecemasan yang tinggi dalam diri siswa, ini disebabkan siswa merasa takut salah atau menganggap idenya tidak cukup bagus. Dalam pembelajaran yang menerapkan problem posing, perasaan tersebut dapat direduksi. Siswa dituntun untuk mengajukan masalah atau pertanyaan sesuai minat mereka dan memikirkan cara penyelesaiannya. Perhatian dan komunikasi matematika siswa melalui pendekatan problem posing akan lebih baik, menurut Hamzah pertanyaan atau soal yang berkualitas hanya mungkin dapat diajukan dan diselesaikan oleh siswa yang memiliki perhatian yang sungguh-sungguh terhadap matematika (Sitti, 2004:2).
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang aktivitas belajar matematika siswa kelas X5 SMA Negeri 8 Makassar melalui pembelajaran denga menggunakan pendekatan problem posing
Bab 1-5 > Ok lengkap....
Bagi yang ingin pesan silahkan isi form pendaftaran/donasi.
Mutu pendidikan merupakan permasalahan yang sampai saat ini masih menjadi bahan kajian dan perhatian. Hal ini dapat kita lihat dari banyaknya penelitian yang dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran. Salah satu indikator yang paling menonjol dalam kajian mutu pendidikan adalah prestasi belajar. Hal ini dikarenakan masih banyak siswa yang menunjukkan prestasi belajar yang masih sangat rendah. Sehingga, pengkajian tentang prestasi belajar ini sangat marak dilakukan.
Salah satu hal yang mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah proses pembelajaran dalam kelas. Soedjadi (2000:44) mengemukakan bahwa bagaimanapun baik materi yang diterapkan tidak akan mungkin mencapai tujuan pendidikan sekiranya tidak melalui proses belajar mengajar yang cocok.
Proses pembelajaran dalam kelas yang masih sering didominasi oleh guru menyebabkan siswa cenderung bersifat lebih pasif. Mereka lebih banyak menunggu sajian guru daripada menemukan sendiri pengetahuan, keterampilan, atau sikap yang mereka butuhkan. Sehingga siswa menjadi cepat bosan dan malas mengikuti pelajaran. Keadaan yang demikian menyebabkan penguasaan siswa terhadap materi tidak tuntas, dengan demikian hasil belajarnya pun menjadi rendah. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab rendahnya prestasi belajar siswa.
Demikian juga yang terjadi pada siswa SMA Negeri 8 Makassar, khususnya pada Kelas X5. Berdasarkan hasil pengamatan, selain mempunyai hasil belajar matematika yang masih rendah, keaktifan belajar siswa masih kurang bahkan terkesan sangat kurang. Hal ini dapat dilihat dari nilai harian siswa yang masih di bawah rata-rata (6,5) . Ini berarti penguasaan mereka terhadap materi masih sangat kurang. Dalam kaitannya dengan hal ini Meir dalam Sumardi (1999:10) mengemukakan bahwa untuk dapat memahami suatu konsep atau teori dalam matematika bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Sehingga untuk mempelajari matematika dengan baik diperlukan aktivitas belajar yang baik.
Oleh karena itu, setiap kegiatan belajar yang berlangsung hendaknya melibatkan seluruh siswa, sehingga siswa tersebut dapat berpartisipasi aktif dalam materi yang sedang dibicarakan. Siswa akan berhasil dengan baik bila dalam pembelajaran berpartisipasi secara aktif.
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengaktifkan siswa adalah dengan mendorong siswa untuk lebih sering dalam mengemukakan pertanyaan. Hal ini tentu saja tidak mudah karena kadang-kadang guru menganggap siswa yang banyak bertanya itu merepotkan, padahal sikap kritis dan rasa ingin tahu siswa dapat menjadi motivator bagi mereka untuk dapat terus menambah pengetahuan. Namun guru menganggap siswa yang memiliki rasa ingin tahu yang besar ini sangat merepotkan karena mereka selalu mengajukan pertanyaan yang menyebabkan waktu untuk melakukan sesuatu atau melanjutkan pelajaran tersita, dan guru merasa takut tidak mampu menjawab pertanyaan siswa sehingga dapat menurunkan martabat guru tersebut. Arikunto (1990:81)
Akibatnya dalam mengikuti pembelajaran, anak enggan atau malas bertanya, meskipun belum mengerti materi yang diberikan. Rasa ingin tahu siswa semakin menurun dan berdampak rendahnya pada motivasi belajar.
Agar termotivasi untuk belajar mandiri dan sepanjang hayat, maka rasa ingin tahu siswa perlu dibangkitkan dan dikembangkan. Pendekatan problem posing dalam pembelajaran dapat melatih siswa untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau soal-soal yang berkaitan dengan materi yang dipelajari. Bahkan, akhir-akhir ini beberapa pakar pendidikan matematika menyarankan bahwa untuk meningkatkan mutu pembelajaran matematika, berikanlah penekanan pada pengembangan kemampuan siswa dalam membuat soal (Problem Posing). Soal tersebut dapat dibuat oleh guru atau siswa sendiri, kemudian soal tersebut diselesaian oleh siswa yang membuat soal tersebut atau siswa lain sehingga kegiatan siswa dalam belajar jauh lebih dominan daripada kegiatan guru dalam mengajar. Kondisi seperti ini akan menumbuhkembangkan aspek kemampuan dan aktivitas siswa seperti yang diharapkan.
Beberapa hasil penelitian telah menunjukkan manfaat dari pembelajaran dengan problem posing. Penelitian Silver dan Cai melibatkan 509 siswa, yang terdiri atas dua tingkatan siswa, yaitu siswa kelas 6 SD dan siswa kelas I SLTP. Hasil penelitian mereka adalah siswa yang dapat merumuskan soal matematis memiliki kemampuan pemecahan masalah yang lebih tinggi daripada siswa yang tidak dapat membuat soal. Penelitian lain dilakukan oleh Hasimoto, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pembelajaran dengan problem posing menimbulkan dampak positif terhadap kemampuan siswa dalam problem solving. Bahkan pembelajaran dengan problem posing juga menimbulkan sikap positif terhadap matematika.
Sutiarso (2000:629)
Begitu pula penelitian yang dilakukan oleh Marni yang merokemendasikan bahwa "Pendekatan problem posing pada pembelajaran matematika dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa Kelas I SLTP Negeri 3 Pangkajene". Hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya perolehan nilai rata-rata ulangan harian yaitu pada siklus I 6,25; Siklus II 7,34; dan Siklus III 7,58".(Marni;2003)
Berdasarkan beberapa hasil penelitian tersebut dapat diperoleh gambaran, bahwa poblem posing merupakan salah satu bentuk kegiatan dalam pembelajaran matematika yang dapat mengaktifkan siswa, mengembangkan kemampuan berpikir siswa dalam menyelesaikan masalah, dan menimbulkan sikap positif terhadap matematika.
Menurut Moses, ketika siswa diminta untuk menjawab pertanyaan atau soal yang diajukan oleh guru, akan ditemukan tingkat kecemasan yang tinggi dalam diri siswa, ini disebabkan siswa merasa takut salah atau menganggap idenya tidak cukup bagus. Dalam pembelajaran yang menerapkan problem posing, perasaan tersebut dapat direduksi. Siswa dituntun untuk mengajukan masalah atau pertanyaan sesuai minat mereka dan memikirkan cara penyelesaiannya. Perhatian dan komunikasi matematika siswa melalui pendekatan problem posing akan lebih baik, menurut Hamzah pertanyaan atau soal yang berkualitas hanya mungkin dapat diajukan dan diselesaikan oleh siswa yang memiliki perhatian yang sungguh-sungguh terhadap matematika (Sitti, 2004:2).
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang aktivitas belajar matematika siswa kelas X5 SMA Negeri 8 Makassar melalui pembelajaran denga menggunakan pendekatan problem posing
0 comments:
Post a Comment