skripsi: pembelajaran matematika melalui metode penemuan dan memilih kelas VII SMP Negeri 15 Makassar
Bab 1-5 > Ok lengkap....
Bagi yang ingin pesan silahkan isi form pendaftaran/donasi.
“Aktivitas hidup manusia membutuhkan matematika”. Demikianlah ungkapan sederhana yang menunjukkan bahwa matematika memiliki peranan penting dalam kehidupan kita. Pada dasarnya sejak kecil dan sejak memasuki jenjang pendidikan kita telah belajar dan diajarkan matematika. Namun rendahnya hasil belajar matematika siswa yang menjadi masalah di setiap jenjang pendidikan di Indonesia menunjukkan bahwa matematika merupakan pelajaran yang sangat sulit dipahami oleh siswa. Akibatnya pelajaran matematika yang diharapkan dan seharusnya disenangi para siswa justru menjadi bomerang dan cenderung dihindari siswa pada umumnya. Padahal untuk mempelajari dan menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi kita membutuhkan matematika.
Sejauh ini kegiatan pembelajaran matematika yang berlangsung di lembaga-lembaga pendidikan formal didominasi pandangan bahwa pengetahuan matematika sebagai seperangkat fakta-fakta yang harus dihapalkan, kelas berfokus pada guru sebagai sumber pengetahuan. Pembelajaran matematika yang berorientasi pada target penguasaan materi tersebut, mungkin terbukti berhasil dalam kompetensi mengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali siswa untuk memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Belajar matematika dirasakan sebagai tekanan dan beban, yang sering terjadi adalah materi yang telah dipelajari mudah dilupakan dan tidak bermakna bagi siswa. Akibatnya semakin tinggi jenjang pendidikan semakin tinggi materi pembelajaran matematika, semakin sulit pula bagi siswa untuk memahami matematika.
Adanya kesan dan fakta yang demikian itu, seharusnya membuat kita peka bahwa mungkin saja proses pembelajaran yang cenderung oriented text book kurang tepat diterapkan untuk pelajaran matematika. Pembelajaran konsep yang cenderung abstrak akan sulit dipahami siswa. Pola belajar yang cenderung menghapal dan mekanistik menjadikan pembelajaran kurang bermakna. Guru kurang memperhatikan kemampuan berpikir siswa sehingga motivasi belajar menjadi sulit ditumbuhkan. Sedangkan untuk mempelajari matematika, tidak cukup dengan menghapal rumus-rumus yang diberikan guru. Siswa harus memahami konsep-konsep matematika yang saling bertalian satu sama lain.
Mencermati hal tersebut di atas, sudah saatnya untuk diadakan perubahan merancang proses pembelajaran matematika yang lebih memberdayakan dan mengoptimalkan potensi siswa dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, mengkonstruksi pengetahuan di benak mereka sendiri. Proses pembelajaran matematika membutuhkan inovasi sehingga belajar matematika menjadi bermakna bagi siswa, menjadi kesenangan bagi siswa yang diikuti implementasi dalam action-nya ke arah pencapaian tujuan pembelajaran matematika yang meliputi kemampuan berpikir kritis, logis, sistematis dan bukan sekedar menerima ilmu yang siap saji. Oleh karena itu, upaya-upaya guru dalam mengelola dan memberdayakan berbagai variabel pembelajaran merupakan bagian penting dalam keberhasilan siswa mencapai tujuan yang direncanakan.
Mengajar berarti memberikan banyak pengalaman belajar kepada siswa dengan berbagai informasi, fakta, konsep dan teori sebagai materi pembelajaran. Walaupun saat ini telah banyak tersedia media belajar berupa buku cetak yang siap digunakan dalam proses pembelajaran. Akan tetapi, bagi pelajaran matematika guru harus tetap merancang metode penyampaian yang tepat dalam membelajarkan konsep agar mudah dipahami oleh siswa. Penggunaan metode yang tepat menyebabkan konsep yang diajarkan akan lebih berkesan dan mantap dalam ingatan siswa. Menurut Suryosubroto (1997) bahwa dalam proses pendidikan anak adalah yang utama, bukan mata pelajaran. Guru seharusnya menjadi penunjuk (guide) bagi anak, bukan merupakan kamus berjalan bagi anak. Sedangkan tujuan belajar adalah agar apa yang dipelajari berguna dikemudian hari, yakni membantu kita dapat belajar dan terus belajar dengan cara yang lebih mudah, penguasaan prinsip-prinsip fundamental mengembangkan sikap positif terhadap pelajaran, penelitian penemuan, pemecahan masalah atas kemampuan sendiri. Oleh karena itu tugas guru yang utama bukan lagi menyampaikan pengetahuan, melainkan memupuk pengertian mereka belajar sendiri.
Salah satu metode pembelajaran yang dianggap perlu dikembangkan dan nantinya dapat diterapkan dalam proses pembelajaran adalah metode penemuan terbimbing. Jerome S. Bruner sangat menganjurkan kemampuan siswa menemukan sendiri dan yang paling penting ditemukan adalah struktur disiplin ilmu. Sukar diramalkan pengetahuan apa yang berguna bagi siswa di masa mendatang. Namun yang terpenting adalah bagaimana memupuk sikap dan teknik belajar, agar terus belajar sepanjang hayat. Untuk itu metode penemuan terbimbing hendaknya dapat diterapkan dalam pembelajaran dan diupayakan untuk melatih siswa sedini mungkin untuk belajar menemukan sendiri pengetahuannya.
Seperti kebanyakan sekolah pada umumnya, SMP Negeri 15 Makassar juga mengalami hal yang sama bahwa hasil belajar matematika siswa sangat rendah. Berdasarkan hasil wawancara diperoleh informasi bahwa ketuntasan belajar matematika siswa baik perorangan maupun klasikal sangat rendah. Hasil observasi langsung terhadap proses pembelajaran matematika di kelas VII sekolah tersebut, tampak bahwa penyampaian materi cenderung dengan pembelajaran tradisional. Media pembelajaran berupa alat peraga dan sumber belajar tidak digunakan dalam proses pembelajaran. Buku catatan siswa menjadi satu-satunya media belajar siswa. Dengan suasana pembelajaran yang demikian, mungkin saja dirasakan mudah bagi siswa yang berkemampuan tinggi. Akan tetapi, kemampuan setiap siswa dalam satu kelas berbeda-beda. Sehingga hanya siswa yang tahulah yang tampak aktif dalam proses pembelajaran. Sebaliknya, siswa yang tidak tahu lebih memilih diam atau melakukan aktivitas lain di dalam kelas. Guru matematika bukan tidak menyadari fenomena tersebut. Akan tetapi menurut argumen mereka, kekurangannya terletak pada tidak adanya buku paket pegangan siswa.
Bertolak dari berbagai masalah tersebut di atas, peneliti menerapkan metode penemuan terbimbing dalam pembelajaran matematika. Siswa perlu diajarkan bagaimana membentuk pengetahuan matematika mereka, bagaimana menemukan konsep dan hubungan di antara konsep-konsep tersebut, dan yang terpenting adalah bagaimana memupuk sikap positif siswa terhadap pelajaran matematika. Sehingga walaupun matematika merupakan mata pelajaran yang dianggap sulit dan dengan keterbatasan media belajar, tetapi justru dianggap sebagai tantangan yang harus dipecahkan. Untuk membelajarkan hal tersebut kepada siswa sedini mungkin, peneliti menerapkan pembelajaran matematika melalui metode penemuan dan memilih kelas VII SMP Negeri 15 Makassar.
Pendapat siswa bahwa pelajaran matematika identik dengan rumus-rumus dan letak kesulitan belajar siswa adalah bagaimana menggunakan berbagai rumus tersebut dengan tepat dan memahami bahasa matematika dalam rumus-rumus tersebut. Selain itu, pada umumnya siswa tidak memiliki buku paket sebagai pegangan. Melalui pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing yang diperkenalkan di sekolah ini untuk kali pertama, pembelajaran dirancang berupa kegiatan penemuan rumus matematika melalui pengalaman belajar siswa dengan bantuan alat peraga. Oleh karena itu, peneliti memilih pokok bahasan bangun segiempat yang berorientasi pada penemuan sifat-sifat, menyimpulkan pengertian masing-masing bangun segiempat tersebut berdasarkan sifat-sifatnya dan menemukan rumus keliling dan luas daerah bangun segiempat.
Bab 1-5 > Ok lengkap....
Bagi yang ingin pesan silahkan isi form pendaftaran/donasi.
“Aktivitas hidup manusia membutuhkan matematika”. Demikianlah ungkapan sederhana yang menunjukkan bahwa matematika memiliki peranan penting dalam kehidupan kita. Pada dasarnya sejak kecil dan sejak memasuki jenjang pendidikan kita telah belajar dan diajarkan matematika. Namun rendahnya hasil belajar matematika siswa yang menjadi masalah di setiap jenjang pendidikan di Indonesia menunjukkan bahwa matematika merupakan pelajaran yang sangat sulit dipahami oleh siswa. Akibatnya pelajaran matematika yang diharapkan dan seharusnya disenangi para siswa justru menjadi bomerang dan cenderung dihindari siswa pada umumnya. Padahal untuk mempelajari dan menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi kita membutuhkan matematika.
Sejauh ini kegiatan pembelajaran matematika yang berlangsung di lembaga-lembaga pendidikan formal didominasi pandangan bahwa pengetahuan matematika sebagai seperangkat fakta-fakta yang harus dihapalkan, kelas berfokus pada guru sebagai sumber pengetahuan. Pembelajaran matematika yang berorientasi pada target penguasaan materi tersebut, mungkin terbukti berhasil dalam kompetensi mengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali siswa untuk memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Belajar matematika dirasakan sebagai tekanan dan beban, yang sering terjadi adalah materi yang telah dipelajari mudah dilupakan dan tidak bermakna bagi siswa. Akibatnya semakin tinggi jenjang pendidikan semakin tinggi materi pembelajaran matematika, semakin sulit pula bagi siswa untuk memahami matematika.
Adanya kesan dan fakta yang demikian itu, seharusnya membuat kita peka bahwa mungkin saja proses pembelajaran yang cenderung oriented text book kurang tepat diterapkan untuk pelajaran matematika. Pembelajaran konsep yang cenderung abstrak akan sulit dipahami siswa. Pola belajar yang cenderung menghapal dan mekanistik menjadikan pembelajaran kurang bermakna. Guru kurang memperhatikan kemampuan berpikir siswa sehingga motivasi belajar menjadi sulit ditumbuhkan. Sedangkan untuk mempelajari matematika, tidak cukup dengan menghapal rumus-rumus yang diberikan guru. Siswa harus memahami konsep-konsep matematika yang saling bertalian satu sama lain.
Mencermati hal tersebut di atas, sudah saatnya untuk diadakan perubahan merancang proses pembelajaran matematika yang lebih memberdayakan dan mengoptimalkan potensi siswa dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, mengkonstruksi pengetahuan di benak mereka sendiri. Proses pembelajaran matematika membutuhkan inovasi sehingga belajar matematika menjadi bermakna bagi siswa, menjadi kesenangan bagi siswa yang diikuti implementasi dalam action-nya ke arah pencapaian tujuan pembelajaran matematika yang meliputi kemampuan berpikir kritis, logis, sistematis dan bukan sekedar menerima ilmu yang siap saji. Oleh karena itu, upaya-upaya guru dalam mengelola dan memberdayakan berbagai variabel pembelajaran merupakan bagian penting dalam keberhasilan siswa mencapai tujuan yang direncanakan.
Mengajar berarti memberikan banyak pengalaman belajar kepada siswa dengan berbagai informasi, fakta, konsep dan teori sebagai materi pembelajaran. Walaupun saat ini telah banyak tersedia media belajar berupa buku cetak yang siap digunakan dalam proses pembelajaran. Akan tetapi, bagi pelajaran matematika guru harus tetap merancang metode penyampaian yang tepat dalam membelajarkan konsep agar mudah dipahami oleh siswa. Penggunaan metode yang tepat menyebabkan konsep yang diajarkan akan lebih berkesan dan mantap dalam ingatan siswa. Menurut Suryosubroto (1997) bahwa dalam proses pendidikan anak adalah yang utama, bukan mata pelajaran. Guru seharusnya menjadi penunjuk (guide) bagi anak, bukan merupakan kamus berjalan bagi anak. Sedangkan tujuan belajar adalah agar apa yang dipelajari berguna dikemudian hari, yakni membantu kita dapat belajar dan terus belajar dengan cara yang lebih mudah, penguasaan prinsip-prinsip fundamental mengembangkan sikap positif terhadap pelajaran, penelitian penemuan, pemecahan masalah atas kemampuan sendiri. Oleh karena itu tugas guru yang utama bukan lagi menyampaikan pengetahuan, melainkan memupuk pengertian mereka belajar sendiri.
Salah satu metode pembelajaran yang dianggap perlu dikembangkan dan nantinya dapat diterapkan dalam proses pembelajaran adalah metode penemuan terbimbing. Jerome S. Bruner sangat menganjurkan kemampuan siswa menemukan sendiri dan yang paling penting ditemukan adalah struktur disiplin ilmu. Sukar diramalkan pengetahuan apa yang berguna bagi siswa di masa mendatang. Namun yang terpenting adalah bagaimana memupuk sikap dan teknik belajar, agar terus belajar sepanjang hayat. Untuk itu metode penemuan terbimbing hendaknya dapat diterapkan dalam pembelajaran dan diupayakan untuk melatih siswa sedini mungkin untuk belajar menemukan sendiri pengetahuannya.
Seperti kebanyakan sekolah pada umumnya, SMP Negeri 15 Makassar juga mengalami hal yang sama bahwa hasil belajar matematika siswa sangat rendah. Berdasarkan hasil wawancara diperoleh informasi bahwa ketuntasan belajar matematika siswa baik perorangan maupun klasikal sangat rendah. Hasil observasi langsung terhadap proses pembelajaran matematika di kelas VII sekolah tersebut, tampak bahwa penyampaian materi cenderung dengan pembelajaran tradisional. Media pembelajaran berupa alat peraga dan sumber belajar tidak digunakan dalam proses pembelajaran. Buku catatan siswa menjadi satu-satunya media belajar siswa. Dengan suasana pembelajaran yang demikian, mungkin saja dirasakan mudah bagi siswa yang berkemampuan tinggi. Akan tetapi, kemampuan setiap siswa dalam satu kelas berbeda-beda. Sehingga hanya siswa yang tahulah yang tampak aktif dalam proses pembelajaran. Sebaliknya, siswa yang tidak tahu lebih memilih diam atau melakukan aktivitas lain di dalam kelas. Guru matematika bukan tidak menyadari fenomena tersebut. Akan tetapi menurut argumen mereka, kekurangannya terletak pada tidak adanya buku paket pegangan siswa.
Bertolak dari berbagai masalah tersebut di atas, peneliti menerapkan metode penemuan terbimbing dalam pembelajaran matematika. Siswa perlu diajarkan bagaimana membentuk pengetahuan matematika mereka, bagaimana menemukan konsep dan hubungan di antara konsep-konsep tersebut, dan yang terpenting adalah bagaimana memupuk sikap positif siswa terhadap pelajaran matematika. Sehingga walaupun matematika merupakan mata pelajaran yang dianggap sulit dan dengan keterbatasan media belajar, tetapi justru dianggap sebagai tantangan yang harus dipecahkan. Untuk membelajarkan hal tersebut kepada siswa sedini mungkin, peneliti menerapkan pembelajaran matematika melalui metode penemuan dan memilih kelas VII SMP Negeri 15 Makassar.
Pendapat siswa bahwa pelajaran matematika identik dengan rumus-rumus dan letak kesulitan belajar siswa adalah bagaimana menggunakan berbagai rumus tersebut dengan tepat dan memahami bahasa matematika dalam rumus-rumus tersebut. Selain itu, pada umumnya siswa tidak memiliki buku paket sebagai pegangan. Melalui pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing yang diperkenalkan di sekolah ini untuk kali pertama, pembelajaran dirancang berupa kegiatan penemuan rumus matematika melalui pengalaman belajar siswa dengan bantuan alat peraga. Oleh karena itu, peneliti memilih pokok bahasan bangun segiempat yang berorientasi pada penemuan sifat-sifat, menyimpulkan pengertian masing-masing bangun segiempat tersebut berdasarkan sifat-sifatnya dan menemukan rumus keliling dan luas daerah bangun segiempat.
0 comments:
Post a Comment